Thursday, February 19, 2015

Khazanah Filsafat Keyakinan Muslim

A. Apa yang dimaksud dengan keyakinan muslim

Keyakinan muslim atau yang lebih dikenal dengan sebutan akidah atau tauhid islam merupakan fondasi seorang muslim dalam memahami dan menjalankan ajaran islam secara menyeluruh. Maka keyakinan seorang muslim harus dibangun oleh dua hal yang tidak bisa diabaikan satu sama lain, yaitu PEMAHAMAN dan PENGALAMAN, dengan kata lain, seorang muslim harus senantiasa bersungguh-sungguh dalam mempertajam pengertian ajaran islam dengan segala aspeknya serta mengamalkannya sesuai dengan keyakinannya tersebut. Barulah ia kemudian dikatakan seorang yang beriman.


B. Kedudukan Keyakinan muslim dalam Khazanah pengetahuan filsafat

Sebelumnya akan kita uraikan terlebih dahulu, ada tiga cabang besar dalam khazanah ilmu pengetahuan filsafat, yaitu:
1. ONTOLOGI, membicarakan HAKIKAT (segala sesuatu); pengetahuan segala sesuatu.
2. EPISTEMOLOGI, membicarakan CARA MEMPEROLEH, pengetahuan itu.
3. AKSIOLOGI, membicarakan KEGUNAAN pengetahuan itu.

Ontologi mencakup banyak sekali filsafat: logika, metafisika, teologi, antropologi, etika, psikologi, filsafat pendidikan, filsafat hokum, filsafat perennial, dan lain-lain.

FILSAFAT PERENNIAL kemudian akan menjadi fokus dalam persfektif ini. Istilah perennial berasal dari bahasa latin, perennis yang kemudian diadopsi ke dalam bahasa inggris perennial yang berarti KEKAL. Dengan demikian, filsafat perennial adalah filsafat yang dipandang dapat menjelaskan segala kejadian yang bersifat hakiki, menyangkut kearifan yang diperlukan dalam menjalani hidup yang benar, yang menjadi hakikaat seluruh AGAMA dan tradisi besar SPIRITUALITAS manusia (Komarudin Hidayat dan Wahyuni Nafis melalui Prof. Dr. Ahmad Tafsir). 

Hakikat ontologi yang menjadi hakikat pembicaraan filsafat perennial, yaitu adanya ‘yang suci’ (the sacred) atau ‘yang satu’ (the one), yaitu TUHAN. Adalah TUHAN merupakan subyek yang tidak terbatas yang hanya diketahui oleh bagian dari unsur ‘dalam’ manusia. Maka atas dasar tersebut, pembicaraan tentang cara mengetahui (EPISTEMOLOGI) objek filsafat perennial adalah melalui PROSES BATIN MANUSIA MANANGKAP REALITAS ABSOLUT.

Saya menilai ada ketersinggungan epistemologis antara filsafat perennial dan agama dalam menangkap yang absolut, yaitu Tuhan, meskipun memang tetap saja agama mempunyai logikanya sendiri dalam menentukan keyakinan pemeluknya, terutama sekali terkait apa yang dinamakan wahyu dan doktrin kenabian.

C. Bagaimana implementasi keyakinan muslim dalam perbuatan

Kaitannya dengan cara mengetahui (epistemologi) ‘yang suci’ (the sacred) ‘yang satu’ (the one) atau Tuhan, adalaah melalui proses batin yang terus menerus, maka realitas pengetahuan tersebut hanya bisa dicapai melalui tradisi-tradisi, ritus-ritus, simbol-simbol, dan sarana-sarana yang diyakini berasal dari Tuhan. Dan Agama (dengan segala ajaran , ritus dan tradisi pengamalannya) merupakan jalan yang memberi tahu kita tentang cara menempuh pendakian dari tingkat eksistensi yang lebih rendah, yaitu kehidupan sehari-hari, ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu TUHAN melalui pengalaman mistis atau pengalaman kesatuan (Prof. Dr. Ahmad Tafsir). 

Agama menolong kita untuk menempuh suatu dimensi yang kita belum diberi alat untuk mendapatkan kebenaran dan ketepatannya. Inilah ‘dimensi proses’, yaitu dimensi mengarungi waktu. Dimensi ketika seseorang menghayati kehidupan bahwa tidak seorangpun tahu di mana kelak ia dikuburkan, berapa kali duka, dan berapa kali senang (KH. Muhammad Zuhri).

Inilah yang menjadi bagian terpenting dalam membangun keyakinan yang teguh, dalam persefektif epistemologis harus melalui apa yang dinamakan ‘dimensi proses’. Dengan kata lain, keyakinan seorang muslim tidak akan diperoleh hanya dalam tataran konsep keimanan, melainkan harus menempuh proses panjang dalam pergulatan fisik dan batinnya dalam menemukan kebenaran.

No comments:

Post a Comment